Ada yang
senang bersembunyi. Dibalik penanya dibalik hatinya. Lembar demi lembar. Pena
demi pena. Tinta demi tinta. Namun demikian ia tetap bersembunyi. Mungkin ia
malu melakukan pengakuan atas kelemahannya. Atau mungkin ia tidak mau
menyombongkan diri pada sesama. Ya begitulah persembunyiannya, dibalik pena.
Berharap ada
manusia lain yang mengerti akan dirinya, ia menulis. Berharap tak ada yang tahu
hatinya, ia menulis. Kata-kata rumit dapat menimbulkan pembaca tersesat dan
lagi tak bisa menemukan persembunyiaannya. Ulang kita baca semakin tersesat
nyata.
Mungkin ia
hendak mengatakan bahwa ia ada, ia bersembunyi, dan ia tidak ingin ditemukan.
Kami baca tiap frasa. Kami dalami
tiap makna. Hampir kami jumpai ia. Di hampir itu kami kehilangannya.
Wahai
manusia yang bersembunyi di balik pena, keluarlah. Aku ingin kita bicara. Empat
mata saja tanpa mata-mata. Kita debatkan kejujuran yang kau sembunyikan dalan
barisan aksara. Kita pelajari tiap gaya dalam persembunyian aksara. Pasti akan
menyenangkan.
Wahai yang
bersembunyi dibalik pena, bicaralah, bicaralah pada pena. Yang telah siratkan
pelajaran di tiap akhir tanda baca. Jujurlah sebenarnya anda terluka di
persembunyian. Anda muak dengan semua omong-omong manusia. Anda bosan dengan
keadaan yang penuh pembodohan. Dan anda cinta.cinta pada nona.
Buat surat
gugatan untuk jiwa-jiwa yang tergugat duniawi. Layangkan protes akan mahalnya
tinta, mahalnya harga, mahalnya citra. Keluarkan sindiran-sindiran yang membuat
pembaca semakin tunduk bukan mengantuk. Buat surat cinta dan berilah nama nona
dan anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar