Jumat, 18 Oktober 2013

packing

mungkin hanya ponco yang aq anak tirikan
amunisi tuk mencekik kelaparanpun hanya sebatas kopi dan beberapa puntung rokok
sepertinya menyenangkan bertualang dalam kesendirian
namun impian tuk menghitung langkah dalam heningnya hati harus berantakan ketika para hama mulai bermunculan
hei...! berisik sekali hama yang terdiri dari perut itu


cepatlah..! aq bisa tertinggal kereta kencana menuju singgasana
hama-hama itu tampak sibuk membuntutiku..
aq hanya diam agar mereka sadar q hanya perlu ketenangan..

aq berusaha melangkah agar penat ini terdampar sebagai sebuah kisah..
walau jauh dari keadaan awal q tetap harus melempar kegelisahan ini...
aq bukan lari dari masalah hanya saja mencari jalan tikus agar lebih cepat memeluk masalah
yup, walau awal perjalanan merupakan awal permasalahan aq akan tetap melangkah...

huft, lawang angin diselimuti awan kali ini..


gerakan bibir pertama terlempar pada bapak berseragam loreng..,
jemarinya menghimpit kartu remi, dahinya mengkerut, matanya seakan akan keluar.. tampaknya ia tidak rela kalah dalam permainan ini, seakan harga diri di pertaruhkan mereka saling adu teknik terbaik agar menjadi pemenang...

bokongku beradu dengan tanah, ambil sebatang rokok tuk menikmati jajaran pohon pinus yang rapih bak disiapkan pemimpin upacara, semua pinus begitu khidmat berdiri tanpa ada gerak tambahan, mereka fokus dan patuh dengan peran mereka sebagai penyeimbang alam ini...
aq iri dengan mereka yang selalu konsisten menjalankan tugas tanpa sedikit pun mengeluh
mereka tampak akur dengan makhluk lain yang ada disekitarnya tanpa ada perselisihan mereka saling melambai dengan gembira, betapa terharunya aq merasakan keharmonisan yang tak terkira. udara yang berkumpul membuat kulit menagih kehangatan, itu pertanda aq belum boleh berhenti dan terhenti oleh keramahan mereka...

saat ku melangkah mereka mendesiskan nama ku,ku
tolehkan leher ini dan tersenyum. ternyata mereka memberikan bekal kehidupan dengan tangisan getah dan daun yang jatuh ke tanah..

tarian di tengah hutan terhenti, sesaat mendapati ruang tertutupi sesuatu yang putih, sesuatu itu terus mengalir mengiri langkahku... putih,putih dan semakin memekat dijalan setapak yang memegang jurang disampingnya..

ku temui sahabat lama yang telah pergi, walaupun manusia seperti kami selalu bermimpi tuk mati di tempat seperti ini ku harap kejadian itu tak terulangi. bukan karena alam ini yang kejam menelan setiap pendaki, mungkin karena kami tak bisa melihat tanda-tanda Illahi, ma'afkan kami para pendaki yang hanya bisa menelusuri alam ini ya Rabb..
ku harap alam ini abadi karena kami hanya bisa menikmati serta mentafakuri hamparan luas bumi pertiwi.. terimalah taubat manusia hina ini dalam setiap detik kelengahan diluar kesadaran yang telah menyelimuti wahai dzat yang Maha Tinggi.

tiba-tiba satu pondasi kokoh berdiri tegak muncul dari sesuatu yang putih itu. senyum sinis dan bahagia tercampur menjadi suatu larutan yang tak bisa dipisahkan. di pondasi yang kokoh ini sesuatu itu semakin halus menutupi kulit ku yang hitam kelam, seakan sekujur tubuh menjadi putih hingga merasuk ke dalam qalbu. sesuatu yang putih menularkan rasa dingin, menelusup melewati sela-sela bulu tubuh, menembus kulit dan menusuk tulang. aq segera membuka kaos belel yang bertengger d tubuh ku, bermaksud menikmati alur dingin yang menyebar d tubuh.. rasa yang hanya bisa didapatkan dalam ketinggian memecah kesunyian jiwa agar tersentak dan menghentak darah yang sudah lama membeku..

urungkan niat tuk menikmati kopi, lebih baik menghadap sang Illiahi agar alam tetap seperti ini hingga anak cucuku menikmati nanti...


09-02-10
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar