Aku terjebak
lagi. Mulai dari 30menit yang lalu. Pas saat membuka kunci lalu mengangkat
sedikit pintu karena ia sulit di buka. Diamku tak merubah apapun di kamar 3x4
ini. Semua menumpuk, cucian, tugas, bacaan dan segala yang selalu ku tumpuk
kecuali kebahagiaan sepertinya. Aku rebahkan saja tubuh di tikar. Tak ada kasur
empuk ataupun AC sejuk karena ini hanya kamarku.
Dengar lagu
hanya membuat malamku kelabu. Baca bukupun tidak akan guna, mungki baru 1lembar
aku bisa langsung tertidur. Mengerjakan tugas jangan di tanya lagi. Benar-benar
menjengkelkan terjebak disini. Semua terlihat biasa dan berjalan sempurna namun
tidak, tidak dengan jiwa. Aku mulai bertanya, apakah benar aku gila? Jika tidak
gila berarti aku hanya robot dengan sensor suara. Berteriaklah, maka akan
segera aku laksanakan tanpa sedikutpun kesalahan.
Aku perhatikan
tiap sudut kamarku, kembali semua terlihat biasa. Tak ada beda dengan kamar
bujang lain yang berantakan. Namun ada yang mulai aku sukai dengan kamar ini.
Semut. Ya semut. Semut hitam dengan berbagai ukuran. Berbaris rapih dalam satu
komando. Aku tidak pernah melukai mereka, mereka melukai aku ataupun mereka
saling melukai. biarkan saja mereka tidur bersamaku, walaupun terkadang gatal
itu hanya perbuatan nakal mereka. Tanda persahabatan kami.
Mereka selalu
bergotong royong mengambil makananku. Lebih tepatnya sisa makananku dipiring,
bungkus nasi ataupun ceceran di lantai. Tidak kurang 3menit aku selesai makan mereka
sudah berkumpul dengan formasi apik. Bak ingin perang tiap regu penuh semangat
dipimpin satu komandan. Semut kecil yang besar. Ya semangat dan kebersamaan
yang besar. Tidak seperti diriku yang hanya bisa mengagumi orang lain lalu
terus merenung tanpa berbuat bahkan lebih sering menyalahkan keadaan.
Akan dibawa
kemana –sisa- makanan itu aku tak tahu. Rasanya ingin berada di tengah mereka.
Kecil, hitam pekat namun penuh dengan tekat. Aku membayangkan di beri komando
untuk mebawa –sisa- makanan paling besar bersama kawa-kawan perkasaku. Sangat
menyenangkan bila diberi kepercayaan besar. Satu... dua...tiga... kami angkat
lalu bahu menjadi penopangnya. Kami berempat dan mulai janan menuju markas. Ratu
pasti senang sekali dengan hasil kerja keras kami. Komandan menunjuki jalan
mana yang harus kami tempuh jadi kami tak khawatir tersesat. sesekali ia memberi teriakan kecil agar kami
bersemangat. ‘’Yohaaaa....!” “yohooo...! sambut kami. Kami bernyanyi sepanjang
jalan saling bersahutan antar regu. Semakin riuh semakin semangat, maka aku
senang. Sudah lama lidahku tak mengecup apa
itu kebersamaan kekeluargaan dan kerja keras.
Bukan jarak
yang dekat menuju markas kami yang sesak. Sesak karena hitam sesak karena
makanan. Ketika teman di depanku mulai terseok-seok mengangkat beban, komandan
tidak segan menggantikan. Bahunya yang kekar dan kapalan menandakan ia bukan
hanya pandai memerintah namun pandai juga bekerja. Sudah lama tidak ada
pemimpin macam ini. Pemimpin sederhana yang menguatkan anggotanya walau belum
tentu dengan dirinya.
Ketika sampai
meletakan makanan di gudang komandan membiarkan kami istirahat, ia memberikan
air dan sepotong roti. Ia memuji hasil kerja keras kami lalu memeluk kami satu
persatu. Walau bau keringat masih menyengat ia tak peduli. Ketika giliranku
dipeluk ada sesuatu yang beda. Ini pelukan seorang ayah pada anak-anaknya. Kami
sama sekali bukan di anggap pekerja terlebih budak. Kami seperti keluarga.
Bekerja untuk kesejehteraan bersama. Seketika aku ingat ayahku. Lalu aku
tersadar. Ternyata aku seorang semut hanyalah mimpi yang tidak lebih dari lima
menit memejamkan mata.
Sebentar
sekali aku memejamkan mata berbanding terbalik dengan pelajaran yang akau
terima. “sang hitam” yang pekerja keras, teguh, dan bersahaja. Individu,
kelompok dan pemimpin yang berkualitas.
Mataku mencari
mimpiku, kutemukan. Aku melihat segerombolan semut hitam mengangkat potongan
mie instant dengan semangat. Persis seperti mimpiku, mereka berempat. Maka aku
tersenyum dan berkata “semangat kawan!”. Terimakasih untuk pelajaran malam ini.
Tentang menjadi makhluk kecil dengan kemampuan besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar