Kamis, 03 Oktober 2013

Aku, kamar dan semut hitam


 
Aku terjebak lagi. Mulai dari 30menit yang lalu. Pas saat membuka kunci lalu mengangkat sedikit pintu karena ia sulit di buka. Diamku tak merubah apapun di kamar 3x4 ini. Semua menumpuk, cucian, tugas, bacaan dan segala yang selalu ku tumpuk kecuali kebahagiaan sepertinya. Aku rebahkan saja tubuh di tikar. Tak ada kasur empuk ataupun AC sejuk karena ini hanya kamarku.
Dengar lagu hanya membuat malamku kelabu. Baca bukupun tidak akan guna, mungki baru 1lembar aku bisa langsung tertidur. Mengerjakan tugas jangan di tanya lagi. Benar-benar menjengkelkan terjebak disini. Semua terlihat biasa dan berjalan sempurna namun tidak, tidak dengan jiwa. Aku mulai bertanya, apakah benar aku gila? Jika tidak gila berarti aku hanya robot dengan sensor suara. Berteriaklah, maka akan segera aku laksanakan tanpa sedikutpun kesalahan.
Aku perhatikan tiap sudut kamarku, kembali semua terlihat biasa. Tak ada beda dengan kamar bujang lain yang berantakan. Namun ada yang mulai aku sukai dengan kamar ini. Semut. Ya semut. Semut hitam dengan berbagai ukuran. Berbaris rapih dalam satu komando. Aku tidak pernah melukai mereka, mereka melukai aku ataupun mereka saling melukai. biarkan saja mereka tidur bersamaku, walaupun terkadang gatal itu hanya perbuatan nakal mereka. Tanda persahabatan kami.
Mereka selalu bergotong royong mengambil makananku. Lebih tepatnya sisa makananku dipiring, bungkus nasi ataupun ceceran di lantai. Tidak kurang 3menit aku selesai makan mereka sudah berkumpul dengan formasi apik. Bak ingin perang tiap regu penuh semangat dipimpin satu komandan. Semut kecil yang besar. Ya semangat dan kebersamaan yang besar. Tidak seperti diriku yang hanya bisa mengagumi orang lain lalu terus merenung tanpa berbuat bahkan lebih sering menyalahkan keadaan.
Akan dibawa kemana –sisa- makanan itu aku tak tahu. Rasanya ingin berada di tengah mereka. Kecil, hitam pekat namun penuh dengan tekat. Aku membayangkan di beri komando untuk mebawa –sisa- makanan paling besar bersama kawa-kawan perkasaku. Sangat menyenangkan bila diberi kepercayaan besar. Satu... dua...tiga... kami angkat lalu bahu menjadi penopangnya. Kami berempat dan mulai janan menuju markas. Ratu pasti senang sekali dengan hasil kerja keras kami. Komandan menunjuki jalan mana yang harus kami tempuh jadi kami tak khawatir tersesat.  sesekali ia memberi teriakan kecil agar kami bersemangat. ‘’Yohaaaa....!” “yohooo...! sambut kami. Kami bernyanyi sepanjang jalan saling bersahutan antar regu. Semakin riuh semakin semangat, maka aku senang. Sudah  lama lidahku tak mengecup apa itu kebersamaan kekeluargaan dan kerja keras.

Bukan jarak yang dekat menuju markas kami yang sesak. Sesak karena hitam sesak karena makanan. Ketika teman di depanku mulai terseok-seok mengangkat beban, komandan tidak segan menggantikan. Bahunya yang kekar dan kapalan menandakan ia bukan hanya pandai memerintah namun pandai juga bekerja. Sudah lama tidak ada pemimpin macam ini. Pemimpin sederhana yang menguatkan anggotanya walau belum tentu dengan dirinya.
Ketika sampai meletakan makanan di gudang komandan membiarkan kami istirahat, ia memberikan air dan sepotong roti. Ia memuji hasil kerja keras kami lalu memeluk kami satu persatu. Walau bau keringat masih menyengat ia tak peduli. Ketika giliranku dipeluk ada sesuatu yang beda. Ini pelukan seorang ayah pada anak-anaknya. Kami sama sekali bukan di anggap pekerja terlebih budak. Kami seperti keluarga. Bekerja untuk kesejehteraan bersama. Seketika aku ingat ayahku. Lalu aku tersadar. Ternyata aku seorang semut hanyalah mimpi yang tidak lebih dari lima menit memejamkan mata.
Sebentar sekali aku memejamkan mata berbanding terbalik dengan pelajaran yang akau terima. “sang hitam” yang pekerja keras, teguh, dan bersahaja. Individu, kelompok dan pemimpin yang berkualitas.
Mataku mencari mimpiku, kutemukan. Aku melihat segerombolan semut hitam mengangkat potongan mie instant dengan semangat. Persis seperti mimpiku, mereka berempat. Maka aku tersenyum dan berkata “semangat kawan!”. Terimakasih untuk pelajaran malam ini. Tentang menjadi makhluk kecil dengan kemampuan besar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar