Jumat, 18 Oktober 2013

MENGAPA SISA?

              Ada yang bertanya mengapa “sisa tinta”? jawabannya penuh dengan klise dan pembenaran. Mungkin karena aku menulis hanya bagian dari sisa tenaga seharian. Ketika siang hari berjuang penuh dengan peluh lalu malamnya mengeluh. Aku menulis. Atau memang semua yang aku tulis adalah sisa-sisa yang tak ada guna. Tentang gugatan-gugatan kerdil tentang kehidupan. Makian-makian nyata tentang cinta. Bahkan ego atas kenangan yang ingin dikembalikan. Semua berbentuk sisa. Tidak utuh dan tidak akan pernah utuh.
                Aku juga menulis dengan sisa. Sisa batrai dilaptop. Sisa quota kata. Sisa kejengkelan. Sisa tenaga. Sisa inspirasi. Sisa hati. Disisa malam menuju pagi. Mengapa menulis lebih mengasyikan malampun jawabannya masih abu. Mungkin keheningannya. Mungkin suhunya. Atau mungkin segala yang hitam harus keluar pada malam.
                Dan pada akhirnya pembaca hanya mendapatkan sisa-sisa yang sebenarnya tidak layak dipersembahkan. Namun yang unik adalah pembaca dan penulis sama-sama menggunakan sisa usia untuk melihat jejeran aksara ini. Yang mungkin akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Bergunakah membaca disini? Silahkan pembaca pergi duluan.
“Aku masih ingin menulis hingga tulisan nyata berguna”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar