Ya
coba lagi untuk menyusun semangat-semangat yang pernah ada. Semangat yang
pernah mulai dan bercita-cita menjadi blogger hebat atau bahkan penulis
bestseller. Namun saat ini mungkin lebih kepada “tulis saja” dan hasilnya akan
mengikuti. Yang pasti mencoba tiap tulisan berubaha mejadi lebih baik dan
bertanggung jawab. Rasanya terlampau bermimpipun akan menghambat sesuatu yang
sederhana nan bermakna.
Ternyata
blog ini sudah ditinggalkan cukup lama. Tahun lalu hanya terdapat satu tulisan.
Dan tahun ini pertengahan bulan ini baru dimulai. Telat memang, namun selangkah
didepan dari yang tidak pernah bangkit kembali. Jika tidak di cambuk oleh salah
seorang kawanpun mungkin blog ini akan mati untuk waktu yang tak ditentukan. Dialah
Ade Irwan saputra sang penganten baru yang merequest lanjutan kisah tentang “Malabar”.
Aku katakan bahwa lanjutannya sudah dibukukan. EPISODE, buku indie yang
diterbitkan nulisbuku.com tahun lalu, sehingga membuat saya bermalasan mengurus
blog ini.
Review
kegitan sebenarnya saya tak berhenti menulis, saya masih menulis apa saja yang bisa
saya tulis, namun ujungnya berakhir di folder komputer. Saya juga sedang
menulis buku yang sedari tahun kemarin tak kunjung rampung. Kemungkinan sudah
80% bisa kurang. Buku ini fiksi tentang gunung dan ada beberapa yang saya ambil
dari pengalaman pribadi. Tokoh utamanya Rafa. Selanjutnya tunggu saja prosesnya
haha...
Masih
review kegiatan. Sedari tahun lalu aku juga mulai sibuk. Berusaha merubah nasib
dengan pindah tempat kerja lumayan menyita waktu setahun kebelakang . dari awal
tahun mengurus persiapan resign, setelah diterima di perusahaan baru harus mengikuti
beberapa diklat untuk mendapatkan licence. Tak hanya menulis, naik gunungpun
menjadi sangat tertunda. Yah karena tidak punya cuti dan jadwal kerja baru yang
belum stabil mengakibatkan tertundanya wacana naik gunung. Ya ada masanya aku
hanya menjadi penonton.
Banyak
sudah kisah terlewati dari tahun lalu, merangkumnya menjadi tulisan tak juga
mudah. Tulisan inipun terdengar seperti “curhat”, namun aku setuju dengan ernest writting theory EWT, tulis saja
yang ada diotak. Lakukan. Kekacauan dinegeri inipun banyak berlalu lalang,
pergantian penguasa tak lantas membuat sejahtera rakyatnya, nada-nada pesimis
lebih sering terdengar. Apa hanya aku yang merasa tak punya pemimpin?
Di
gunung yang sudah jarang aku singgahipun terdengar banyak berita duka. Dari rusaknya
alam hingga korban nyawapun silih berdatangan. Naik gunung menjadi hal yang
lumrah sekarang. Tak perlu ikut pendidikan layaknya MAPALA, asal punya uang dan
kamera bagus buat selfie sudah cukup. Di IG bertebaran foto pemandangan yang
aduhai memanjakan mata, mendorong semua orang ingin kesana. Event-event
pendakian atau trip bersama semakin banyak, cukup uang, berangkatlah kita. Namun
yang sangat disayangkan adalah ketiadaannya tingkat pendidikan untuk “arif”
bersama alam. Abah Yat Lassie bilang pecinta alam itu yang lahir dari proses
pendidikan. Tapi sekarang banyak yang menamakan pecinta alam namun jauh dari
pendidikan. Ya itu tadi, mungkin hanya senang-senang. Sehingga ada penyimpangan-penyimpangan
dalam berprilaku terhadap alam. Hal ringan seperti sampah hingga hal yang yang
penting seperti safety sering
dikesampingkan. Jadi harus seperti apa? Saya rasa pembaca bukan lagi anak
ingusan yang tak peka terhadap sindiran-sindiran.
Pada
akhirnya semoga apa yang ditulis ini dan kedepannya bisa bermanfaat untuk kita
semua. Sudah dulu, sudah adzan dzuhur, mau makan. Adzan bukan nyuruh makan tapi
aku mau makan dulu biar shalatnya tenang.
Pertamax :D
BalasHapusPertamax :D
BalasHapus