Selasa, 09 Juni 2015

COBA LAGI



                Ya coba lagi untuk menyusun semangat-semangat yang pernah ada. Semangat yang pernah mulai dan bercita-cita menjadi blogger hebat atau bahkan penulis bestseller. Namun saat ini mungkin lebih kepada “tulis saja” dan hasilnya akan mengikuti. Yang pasti mencoba tiap tulisan berubaha mejadi lebih baik dan bertanggung jawab. Rasanya terlampau bermimpipun akan menghambat sesuatu yang sederhana nan bermakna.
                Ternyata blog ini sudah ditinggalkan cukup lama. Tahun lalu hanya terdapat satu tulisan. Dan tahun ini pertengahan bulan ini baru dimulai. Telat memang, namun selangkah didepan dari yang tidak pernah bangkit kembali. Jika tidak di cambuk oleh salah seorang kawanpun mungkin blog ini akan mati untuk waktu yang tak ditentukan. Dialah Ade Irwan saputra sang penganten baru yang merequest lanjutan kisah tentang “Malabar”. Aku katakan bahwa lanjutannya sudah dibukukan. EPISODE, buku indie yang diterbitkan nulisbuku.com tahun lalu, sehingga membuat saya bermalasan mengurus blog ini.
                Review kegitan sebenarnya saya tak berhenti menulis, saya masih menulis apa saja yang bisa saya tulis, namun ujungnya berakhir di folder komputer. Saya juga sedang menulis buku yang sedari tahun kemarin tak kunjung rampung. Kemungkinan sudah 80% bisa kurang. Buku ini fiksi tentang gunung dan ada beberapa yang saya ambil dari pengalaman pribadi. Tokoh utamanya Rafa. Selanjutnya tunggu saja prosesnya haha...
                Masih review kegiatan. Sedari tahun lalu aku juga mulai sibuk. Berusaha merubah nasib dengan pindah tempat kerja lumayan menyita waktu setahun kebelakang . dari awal tahun mengurus persiapan resign, setelah diterima di perusahaan baru harus mengikuti beberapa diklat untuk mendapatkan licence. Tak hanya menulis, naik gunungpun menjadi sangat tertunda. Yah karena tidak punya cuti dan jadwal kerja baru yang belum stabil mengakibatkan tertundanya wacana naik gunung. Ya ada masanya aku hanya menjadi penonton.
                Banyak sudah kisah terlewati dari tahun lalu, merangkumnya menjadi tulisan tak juga mudah. Tulisan inipun terdengar seperti “curhat”, namun aku setuju dengan ernest writting theory EWT, tulis saja yang ada diotak. Lakukan. Kekacauan dinegeri inipun banyak berlalu lalang, pergantian penguasa tak lantas membuat sejahtera rakyatnya, nada-nada pesimis lebih sering terdengar. Apa hanya aku yang merasa tak punya pemimpin?
                Di gunung yang sudah jarang aku singgahipun terdengar banyak berita duka. Dari rusaknya alam hingga korban nyawapun silih berdatangan. Naik gunung menjadi hal yang lumrah sekarang. Tak perlu ikut pendidikan layaknya MAPALA, asal punya uang dan kamera bagus buat selfie sudah cukup. Di IG bertebaran foto pemandangan yang aduhai memanjakan mata, mendorong semua orang ingin kesana. Event-event pendakian atau trip bersama semakin banyak, cukup uang, berangkatlah kita. Namun yang sangat disayangkan adalah ketiadaannya tingkat pendidikan untuk “arif” bersama alam. Abah Yat Lassie bilang pecinta alam itu yang lahir dari proses pendidikan. Tapi sekarang banyak yang menamakan pecinta alam namun jauh dari pendidikan. Ya itu tadi, mungkin hanya senang-senang. Sehingga ada penyimpangan-penyimpangan dalam berprilaku terhadap alam. Hal ringan seperti sampah hingga hal yang yang penting seperti safety sering dikesampingkan. Jadi harus seperti apa? Saya rasa pembaca bukan lagi anak ingusan yang tak peka terhadap sindiran-sindiran.
                Pada akhirnya semoga apa yang ditulis ini dan kedepannya bisa bermanfaat untuk kita semua. Sudah dulu, sudah adzan dzuhur, mau makan. Adzan bukan nyuruh makan tapi aku mau makan dulu biar shalatnya tenang.

2 komentar: