Rabu, 01 Januari 2014

Ketinggian jawa


Hari ini adalah pertemuan terkahir kami. Hanya untuk canda gurau dan saling menayakan kesiapan dan kelengkapan. Terakhir, karena besok adalah hari-H kami berangkat “mudik” ke malang. Sebenarnya persiapan sudah kami lakukan semenjak tiga bulan lalu. Mulai dari pembentukan tim, pembagian tugas dan tanggung jawab, persiapan fisik serta pendana’an tentunya.
Jadwal acara sudah fiks, aku yang membuat lalu share ke tim untuk didiskusikan dan lakukan perubahan jika ada yang kurang pas. Ya sebagai ketua tim aku harus demokratis dan ditaktor jika keadaan diperlukan. Urusan transportasi sudah ok. Acun yang mengurusnya. Peralatan sudah dihandle oleh “Pmen” Pirmansyah, Erik R.A., dan shadam. Sedangkan logistik bagian Dimas T.W., Nurnovianti, dan “Abank” Tri P.S. semua sudah clear, tinggal belanja logistik yang memang direncanakan belanja di pasar Tumpang, Malang.
Malam ini aku bermalam di rumah Acun, aku baru sampai dari bogor tadi siang. Besok kami janjian di basecamp STAMPARA sebagai meeting poin jam sembilan pagi. Kami mengambil kereta Bandung-Malang jam tiga sore jadi kami ada spare waktu untuk melakukan packing dan pengecekan akhir. Di kamar acun sudah ada dua caryl dan tenda dome yang akan menemani kami seminggu kedepan. Kami melahap nasi goreng yang tadi beli di jalan. Sambil menonton tv nasi itupun ludes dari tempatnya. Tak terasa ini sudah berganti hari. Hari ini jam sembilan kami akan berkukmpul. Jam tiga akan take off. Namun acun masih sibuk dengan marlboronya, aku pun membakar sampoerna mild menyaingi asap di kamar. Kami berbincang beberapa lama, tentang perjalanan kami dan diselingi membahas soal wanita.
Jam lima kami sudah bangun setelah kantuk datang menyerang sekitar jam satu malam. Shalat subuh lalu tidur lagi. Tak ada yang istimewa pagi ini. Terlebih dinginnya bandung menantang selimut untuk di pakai lagi.
Jam delapan kami memaksakan bangun walau selimut tebal dan kasur empuk masih sangat bersahabat. Ingin rasanya membawa selimut ini untuk menemani perjalanan kami. Dengan berat hati aku dan acun mandi setelah setengah jam saling menatap dan menunjuk untuk segera memulai kegiatan. Akhirnya kami mandi ditempat yang terpisah. Aku dikamar mandi atas dan acun di kamar mandi bawah. Ya setidaknya aku bisa mengencinginya haha.
Setelah mandi kami sarapan dengan ayam goreng yang sudah disiapkan bibi acun. Karena ini H+2 idul fitri maka rumah acun begitu sepi.
“keluarga urang keur mudik ka Amrika tjum, kamari ge urang ngirimkeun duit samiliyar keur aki urang” itulah sabda acun pada tjumy dengan muka “porenges”nya.
Lepas makan kami siap-siap berangkat, sudah jam sembilan lewat dan kami masih dirumah acun. Sangat Indonesia. Mungkin ini satu-satunya budaya bangsa yang bisa kami lestarikan. Di WhatsApp tim sudah mulai “riweuh” saling menanyakan. Akhirnya kami meluncur menggunakan Pario125 acun. Satu caryl di depan lainnya aku gendong. Di jalan kami mampir ke minimart sebut saja indomart (bukan nama sesungguhnya) untuk belanja logistik pribadi.  Akhirnya jam sepuluh kurang kami sudah sampai di meeting poin dan kamilah yang pertama tiba. Indonesia banget.
            Yang ketiga datanglah nur tak lama dimas muncul dibelakangnya, cocok. Kami mulai sibuk packing. Selang beberapa lam shadam dan erik datang. Namun erik pergi lagi karena hendak membayar cicilan motor. Dari itu pmen datang dengan wajah cengar-cengir karena hampir satu setengah jam telat. Ia langsung pura-pura sibuk dengan menayakan ini itu agar terhindar dari omelan kami.
‘’mana abank?”
“can datang, keur ngurus ktp heula ceunah”
“asik aya nu leuwih telat tipada urang”
“geus biasa abank ma, ngan aya dua cara menghadapinya”
“naon?’’
“nu kahaji sabar”
“nu kadua?”
“sabar banget”
‘’Bwahahhahahahhah’’ tawa kami pecah di meeting poin.
            Shadam dan menur izin sebentar untuk membeli raincoat. Walau belum masuk musim penghujan tapi persiapan tetap diperlukan. Mereka berangkat menggunakan motor acun. Tak lama mereka kembali. Begitupula dengan erik. Namun abank tak kunjung datang. Semua mulai sibuk membagi barang bawaan. Semakin riuh basecamp dengan candaan kami.
            Sudah adzan dzuhur, kami bergegas shalat, abank belum juga datang. Kami shalat di masjid yang tak jauh dari basecamp, pmen masih sibuk packing, menur masih manyun sambil menjaga barang-barang kami. Terlihat cantik, apalagi dimata dimas. Selesai shalat ternyata abank sudah datang. Dengan wajah polos “pitenggeuleun” ia minta maaf. Dan ia selalu berhasil, bagaimana tidak jika ia telat pasti ia membawa makanan enak dan banyak. Tak kuasalah kami mau memaki-makinya. Akhirnya permintaan maaf abank diterima seiringnya lontongnya masuk ke perut kami semua.
‘’KTP urang can jadi euy, kumaha nyak?”
“heug sia bank moal bisa milu, da naek kareta na kudu nunjukeun KTP”
Acun sebagai sie.transport lebih paham dan mulai menakuti abank. Kami tidak mau kalah.
“kumaha deui atuh bank, next time ue maneh mangkatna”
“dahareun maneh kaurangkeun ue bank, maneh teu milu pan”
“sabar bank, taun hareup aya deui”
“kamu gimana sih bank!” nah kalo yang ketus ini pastilah menur.
“Anjis, kumaha atuh euy, engke ue jam dua urang balik deui, sugan geus jadi”
Abank mulai panik.
“moal kaburu bank, jam dua arurang geus kudu mangkat ka stasion”
Muka abank semakin kecewa.
“bwahahhahaha” tawa kami pecah lagi.
“beungeut maneh bank”
“kalem bank, kita akan tetap berangkat berdelapan apapun yang terjadi” coba tebak siapa yang sok cool dengan kata-kata itu?

Setelah semua beres acun bergegas mencari angkot carteran. Tak berapa lama ia kembali membawa angkot. Satu persatu caryl kami masukan kedalam angkot. Lalu orangnya masuk kedalam angkot. Jam setengah tiga kami tiba di stasiun. Mengeluarkan manusia dan caryl dari angkot, membayar angkot, tuntas sudah urusan kami dengan perangkotan. Sebelum masuk ke stasiun kami membuat lingkaran, berdoa.
            Tibalah saat yang menegangkan untuk abank. Pemeriksaan tiket. Ternyata ia lolos tanpa ada halangan. Itu karena pertolongan foto copy lusuh yang masih terselip di dompetnya. Malah erik yang tidak di izinkan masuk. Di tiket tertulis nama “eric” sedangkan KTP bernama “erik”. Jadilah ia tertahan beberapa lama untuk pengecekan lebih lanjut. Sekitar 10-15 menit ia baru di izinkan masuk. Yang tegang abank yang ditahan erik. Kami hanya bisa tertawa tanda bingung dan bersyukurnya abank. Mungkin ini karma erik yang tadi ikut meledek abank di basecamp.
            Setelah semua masuk kami menunggu kereta yang akan tiba di jalur 4. Setelah kereta tiba kami kembali mengangkat caryl menuju kereta.
“Ini gerbong kitakan?”
“iah gerbong 1”
“ai urang numana?”
“Meneh ma gerbong 3 men”
“njir ditukang atuh”
Berpisahlah pmen dengan kami. Ia memang telat membeli tiket kereta sehingga tidak bisa bareng dengan yang lain. Padahal kami sudah membawa seperangkat alat gapleh dan poker untuk diperjalanan. Naiklah kami ke gerbong 1 sedangkan pmen meneruskan langkahnya menuju gerbong 3. Begitu masuk kami langsung menjadi pusat perhatian penumpang lainnya. Dengan carryl yang hampir setengah badan, setelan yang acak-acakan, muka pas-pasan kecuali dimas memang patut kami dicurigai. Nyes.... udara AC langsung menyambut kulit kusut kami, bangku 2x2 tersusun rapih dan terlihat empuk, ruangannya pun begitu wangi. Begitu dahsyat perubahan yang dilaksanakan PT.KAI, sudah tidak ada lagi bau ayam fikirku. Teruslah kami masuk mencari nomer bangku yang pas. Sampe akhir gerbong tak ada nomer kami. Apakah ada yang salah fikirku. Erik yang berada paling depan terus melangkah membawa kami kegerbog selanjutnya. Sampai ujung gerbong tak ada pula. lalu kami turun dan menanyakan pada petugas.
            Petugas dengan nama ujang di nametagnya menggiring kami kebelakang. Sudah tiga gerbor terlewati lalu empat dan di gerbong ke tujuh kami dipersilahkan masuk. Naiklah kami seperti domba digiring masuk kandang. Dan ternyata benar saja, bau ayam masih ada walaupun tidak semenyengat terakhir kali aku naik kereta. Kursi 2x2 dikiri dan 3x3 dikanan saling berhadapan. AC-nya kipas reot yang hidup segan mati tak mau. Akhirnya ketemu no bangku kami. Alhamdulillah semua bersamaan, jadi kartu poker dan gapleh tidak akan menganggur. Kami taruh caryl diatas dan di bawah bangku. Mulailah kami berebut bangku paling pojok dekat dengan jendela. Pas buat ngegalau kaya di tipi-tipi.
“cewek paling pojok ah” menur langsung menjajah bangku.
“cie menur maunya deket ama dimas terus” kebetulan mereka bersebelahan di kursi 3x3
“enggak, da aku emang pingin dipojok atuwh”
“cie modus biar bisa bobo senderan” dan terus cie-cien menghujani kuping menur.
“yawdah nie aku pindah” seketika ia manyun dan langsung pindah ke bangku 2x2 dekat abank. Kami yang meledek hanya bisa saling  menatap dan saling menyalahkan. Susah memang berhadapan dengan wanita.
“naon di darieu?” pmen memecah tatapan kami.
”bwahahhaha”
“tadi salah asup, kalahkah asup eksekutip padahal tiketnya ekonomi”
“beuh pantes naha ceuk urang jauh amat beda na”
“heu’euh euy hanas geus adem jeung wangi”
“hhahaha...”
“geus men didiyeu ue heula, urang poker heula”
“mulailah kereta berjalan dengan dikocoknya kartu remi di tangan acun”
Babak baru perjalanan kami dimulai dengan menur masih diam dan cemberut di kursi sebelah.


bersumbang ye....hehe...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar